Bicara soal prestasi tidak selalu berkaitan dengan
pendidikan. Setiap individu punya pemahamannya sendiri mengenai apa itu yang
dinamakan prestasi. Ada yang beranggapan dengan memiliki IP tinggi baru bisa
dikatakan berprestasi, ada juga yang beranggapan jika berprestasi itu ketika
bisa sukses di bidang akademik dan non akademik. Setiap orang punya caranya
sendiri untuk memandang apa artinya berprestasi.
Apa prestasi hanya bicara soal itu? Soal nilai dan
kepuasaan ketika mampu menjadi yang pertama. Terlalu sempit jika hanya
berpandangan demikian. Prestasi mengarah pada hasil yang selama ini dilakukan
dan telah dicapai. Ketika kita mampu menjadi lebih baik dari sebelumnya dan
mengalami peningkatan itu juga dinamakan prestasi. Contohnya saja, ketika
kemarin kita membuang waktu dengan hal yang tidak bermanfaat dan sekarang kita
mencoba memanfaatkan waktu dengan sebaik mungkin. Itu juga dinamakan prestasi.
Terlihat sederhana, tapi kita sudah mengalami peningkatan.
Sayangnya, sebagian orang menganggap bahwa prestasi
harus berkaitan dengan hal-hal yang besar. Dikatakan berprestasi jika mampu
menjadi mahasiswa terpintar di kampus dan memiliki IP cumlaude. Padahal tidak demikian, segala sesuatu harus dimulai dari
yang kecil untuk kemudian bisa menjadi besar. Untuk itu, bicara soal prestasi
tentu tidak selalu dari hal yang besar. Ketika kita mampu menjadi lebih baik,
itu juga dinamakan prestasi.
Bicara soal mahasiswa dan kaitannya dengan prestasi
tentu menjadi hal yang lumrah. Belum lagi arti mahasiswa sendiri, yaitu maha
yang berarti teramat dan sangat, sedangkan siswa yang berarti pelajar. Artinya
mahasiswa punya pencitraan yang luar biasa dari pendidikan. Pencitraan yang
besar itu akan menjadi biasa saja ketika mahasiswa tidak sadar dan membuat
dirinya tidak layak disebut mahasiswa.
Seperti yang sudah dijelaskan diatas, prestasi bagi
mahasiswa bisa dalam banyak hal. Bisa ketika mendapat IPK tertinggi, bisa juga
ketika menjadi ketua BEM, atau yang lainnya, seperti kuliah sambil bekerja. Itu
semua layak dikatakan berprestasi. Pencapaian pretasi tidak bisa hanya dilihat
dengan nilai atau angka semata walaupun dalam bidang akademik standar nilai
jelas dibutuhkan. Prestasi juga bisa dicapai didasarkan pada penilaian orang
lain. Misalnya ketika sukses dalam bidang-bidang non akademik.
Dengan adanya pencapaian prestasi, mahasiswa tentu
memiliki kebanggaan tersendiri. Hal ini dikarenakan, apa yang telah mereka
perjuangkan membuahkan hasil yang memuaskan. Oleh karena itu, hampir semua
universitas memberlakukan sistem beasiswa untuk mahasiswa yang berprestasi. Hal
ini digunakan untuk memacu semangat mahasiswa agar menjadi yang terbaik.
Sayangnya, tidak semua mahasiswa memiliki pemikiran yang serupa. Ada yang hanya
mengejar title belaka tanpa memikirkan prestasi apa yang dapat dibanggakan.
Contohnya ketika mahasiswa hanya mengejar title,
tapi tidak ada yang mereka mengerti ketika mengikuti perkuliahan. Yang mereka
tahu hanyalah sebuah gelar untuk kelulusan. Banyak dari mereka yang beranggapan
jika hasil dari kuliah hanyalah title. Inilah yang kemudian mengakibatkan banyak
sarjana yang hanya menjadi pengangguran. Pola pikir yang salah ketika memandang
prestasi menjadikan prestasi hanya untuk mereka yang pintar, kutu buku, atau
orang yang berbakat di bidang tertentu. Dan inilah yang kemudian mematikan
peran prestasi dalam diri mereka.
Ketika peran prestasi tertutup dalam diri mahasiswa,
maka timbullah mahasiswa yang malas dan berpikir jika ketika wisuda nanti hanya
ada keseragaman title dan juga piagam. Mereka lupa dengan kepuasan yang tidak
didapat dari rasa malas. Bukan hanya prestasi yang penting, tapi jiwa terlatih
yang terus berjuang untuk menjadi yang terbaik itulah yang menjadi pencapaian
prestasi sesungguhnya. Prestasi hanya pencapaian akan sesuatu tapi yang
terpenting dari pencapaian prestasi itu
adalah prosesnya. Itu yang kemudian menjadikan kita bisa menjadi yang terbaik
dan menjadi bekal untuk kedepannya.
Oleh Yolanda Tanu Wadira, Jurnalistik UMN 2011